Prinsip Inti Pembelajaran Mendalam yaitu Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan
Pendekatan Pembelajaran Mendalam (PM) tidak hanya berorientasi pada isi dan capaian pembelajaran. Ia menaruh perhatian besar pada bagaimana proses belajar berlangsung secara utuh, menyentuh akal, rasa, hati, dan tindakan. Di jantung PM, terdapat tiga prinsip utama yang menjadi roh dari setiap aktivitas belajar: berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
1. Berkesadaran (Mindful)
Belajar dengan kesadaran penuh berarti peserta didik hadir secara utuh tubuh, pikiran, dan perasaannya dalam proses belajar. Mereka tidak hanya hadir fisik, tetapi juga sadar terhadap apa yang sedang mereka pelajari, mengapa penting, dan bagaimana itu terkait dengan kehidupannya.
🗣️ “Belajar tidak hanya soal isi, tetapi tentang kehadiran jiwa di setiap prosesnya.”
— Ki Hajar Dewantara
Contoh praktik kelas:
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru memulai kegiatan dengan sesi "check-in emosi" menanyakan perasaan siswa hari itu, dan mengaitkannya dengan tema puisi yang akan dibaca. Anak-anak diajak merenung: Apa arti bait puisi ini dalam hidup saya? Hasilnya? Mereka menulis refleksi yang jujur dan menyentuh.
2. Bermakna (Meaningful)
Pembelajaran menjadi bermakna ketika peserta didik dapat mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup, minat pribadi, atau konteks sosialnya. Mereka tidak sekadar tahu, tetapi mengerti dan peduli.
🗣️ “Pendidikan adalah alat untuk membangkitkan kesadaran agar manusia menjadi sadar akan dunia dan tanggung jawabnya di dalamnya.”
— Paulo Freire
Contoh praktik kelas:
Dalam pelajaran IPS, siswa diminta memetakan perubahan sosial di lingkungan sekitarnya (misal, efek pembangunan jalan baru). Mereka turun ke lapangan, mewawancarai warga, lalu mempresentasikan temuan dan solusi dalam forum kelas. Ini bukan hanya IPS, ini kehidupan.
3. Menggembirakan (Joyful)
Belajar yang menggembirakan adalah belajar yang menyentuh hati dan mengundang rasa ingin tahu. Suasana kelas bukan tegang dan mengintimidasi, tetapi nyaman, aman, dan memotivasi. Di sinilah peserta didik merasa dihargai, tertantang, dan diberdayakan.
🗣️ “Pendidikan yang sejati membuat anak-anak berani bermimpi dan percaya bahwa mereka mampu mewujudkannya.”
— Romo Y.B. Mangunwijaya
Contoh praktik kelas:
Dalam pelajaran Matematika, guru merancang “Math Market Day” di mana siswa menjual barang simulasi, menghitung keuntungan, diskon, dan kembalian. Anak-anak belajar hitung-hitungan sambil bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Tawa, semangat, dan kolaborasi memenuhi ruang kelas.
Ketiganya Harus Terpadu
Prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan tidak berdiri sendiri. Ketiganya saling melengkapi dan membentuk pengalaman belajar yang utuh. Ini adalah jembatan menuju pembelajaran yang menyentuh hati, mengasah pikiran, dan mendorong tindakan nyata.
🗣️ “Pendidikan sejati tidak mencetak manusia seperti mesin. Ia membentuk manusia seutuhnya — yang berpikir, merasa, dan bertindak demi kebaikan bersama.”
— K.H. Ahmad Dahlan
Dengan menghadirkan prinsip-prinsip ini ke dalam kelas, kita mengembalikan pendidikan kepada fitrahnya: membahagiakan, memerdekakan, dan memanusiakan. Karena pada akhirnya, murid akan lebih mengingat bagaimana ia belajar dan merasa, dibandingkan apa yang ia hafal.
0 Komentar